Anak Medan, Sumatra Utara 16 Agustus 1976 silam, darah “keras”
mengalir kental dalam karakter diri Eddy Faisal. Beragam gelar akade-mis
dan gelar profesi bergengsi, diraihnya dalam usia yang masih ter-bilang
muda. Tidak hanya itu, kesuksesannya sebagai salah satu pe-ngusaha muda
sukses, merupakan kristalisasi semangat dan totalitas dalam menekuni
setiap bidang yang ditekuninya. Mengenal sosok Eddy Faisal, tentu tidak
akan menjadi sempurna sebelum menjelajah rekam je-jak kehidupannya di
masa lalu.
Di bawah didikan sang ayah, Alm. Alris, yang merupakan seorang
militer, sosok Eddy kian sem-purna dengan pembentukan kepribadian yang
sarat nilai kedisiplinan dan tanggung jawab. Tidak hanya itu, sebagai
penyeimbang, dimensi religius pun melekat akrab pada Eddy sejak kecil,
melalui darah Nadhlatul Ulama (NU) yang menurun dari ayahnya. Bahkan,
sejak duduk di bangku SD hingga SMA, Eddy kerap dikenal sebagai pelantun
azan alias muadzin di surau dekat rumahnya.
Tidak hanya dikenal piawai melantunkan suara azan, kecerdasan
intelektual alumnus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) angkatan XIII
ini, sudah terlihat sejak di bangku SD. Torehan prestasi masa kecilnya
yakni, Eddy sanggup mengantarkan SD Taman Siswa Medan menjadi juara
pertama cerdas cermat tingkat Provinsi Sumatera Utara, yang disiarkan
secara langsung melalui televisi nasional, TVRI kala itu. Sosok sang
ayah menjadi figur yang sangat berperan dalam pembentukan karakter Eddy,
hingga menjadi salah satu pengusaha muda sukses saat ini. Saat SD, Eddy
pernah ketahuan belajar merokok oleh ayahnya. Bukannya marah, sang ayah
justru membelikan Eddy satu slop rokok saat itu. Sikap ayahanda yang
agak “aneh” tersebut, sempat membuat Eddy heran tanpa mampu berkata
kata. Sadar dirinya salah, sejak saat itu pula, rokok itu menjadi yang
pertama dan terakhir bagi Eddy Faisal.
“Beliau saat itu hanya berkata, bahwa masa depanmu ada di tanganmu
sendiri. Sejak saat itu, saya tidak merokok sampai sekarang. Beliau
adalah sosok sempurna seorang ayah di mata saya,” ungkapnya.
Sebagaimana umumnya anak anak kebanyakan, mantan Staf Ahli Komisi XI
DPR RI tersebut, menempatkan dokter sebagai orientasi profesinya kelak.
Tak ayal, berbekal intelektualitas dan ketertarikannya pada dunia eksak,
menjadikan Eddy mantap menjatuhkan hati pada Matematika. Di saat
sebayanya alergi dengan Matematika, Eddy justru berbanding terbalik.
Kecintaannya pada dunia eksak, semakin menjadi saat ia duduk di
SMAN 10 Medan, yang kini menjadi SMAN 11 Medan.
Tidak main main, selain langganan juara kelas, putra bungsu pasangan
Alm. Alris dan Alm. Yusna itu, sudah mengarang buku bertemakan
Matematika sejak Kelas 1 SMA. “Judulnya Bunga Rampai Matematika untuk
SMA. Buku itu dibukukan tahun 1995, dan saya sempurnakan dalam bentuk
edisi kedua, pada tahun 1997 bersama Profesor Soemaryoto,” kenang
Eddy.Rekam jejak kehidupannya di kala muda, bisa dibilang penuh catatan
berkesan untuk dikenang. Setiap sore, selama di Medan, Eddy kerap
menghabiskan waktu dengan bersepeda, lengkap dengan kaca mata hitamnya.
Pembawaan Eddy yang murah senyum, cerdas dan disiplin bahkan memberikan
catatan prestasi tersendiri bagi bungsu dari tiga bersaudara ini. Diluar
torehan akademisnya, tahun 1994, Eddy terpilih menjadi “Jaka-Dara”,
yakni sebuah festival “Abang-None”nya Kota Medan.
Lulus SMA, kedua orang tuanya memberikan dua pilihan berbeda untuk
meneruskan perjala-nan hidup. Sang ayah berkeinginan Eddy mencoba untuk
mengikuti tes masuk Taruna Akabri. Sementara sang Ibu, memberikan opsi
PNS, sebagai tambatan karir sang anak kelak. Seolah olah tak ingin
dipusingkan memilih satu diantaranya, Eddy pun menetapkan sikap untuk
men-coba kedua pilihan tersebut sekaligus.
Di tahun yang sama, ia mengikuti tes masuk Akabri dan STAN. Garis
takdir pun melekatkan Eddy pada pilihan yang terakhir. Di sinilah,
perantauannya ke Ibu kota dimulai. Sebuah pilihan yang kelak
mempertemukannya dengan tambatan hati, serta jalur wirausahawan sebagai
bidang yang mantap digelutinya hingga saat ini.
MENANTANG JAKARTA DEMI KEINGINAN SANG BUNDA
Tahun 1995, merupakan waktu yang bersejarah dalam kehidupan Eddy
Faisal. Seusai diputuskan lulus dalam tes masuk Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara (STAN), di tahun inilah, tantangan merantau ke Ibu Kota pun
wajib disambutnya, untuk menggugurkan keinginan sang Ibu yang
menginginkannya berkarir sebagai birokrat. Peran-tauannya untuk
menyelami ilmu akuntansi pun dimulai sejak saat itu, dengan mengambil
spesifikasi keilmuan perpajakan.
Umumnya mahasiswa rantau, Eddy menjalani harinya sebagai penuntut
ilmu dengan kehidupan yang penuh kesederhanaan. Kemandirian dan
kedisiplinan yang ditanamkan sang ayah selama di Medan, mem-berikan
manfaat luar biasa baginya untuk bertahan di Ibu Kota. Jauh dari kesan
glamour, dengan pembawaan yang cenderung pendiam, Eddy lebih sering
meluangkan waktunya untuk belajar dan bergaul dengan sebayanya untuk
sekedar mengerjakan tugas kampus.
Tahun pertamanya di Jakarta, perasaan rindu akan suasana kampung
halaman di Medan, terus membayangi Eddy. Kerasnya didikan sang ayah,
hingga suasana sore Kota Medan yang biasa dijelajahinya dengan
bersepeda, memberikan kesan yang sulit untuk ia lupakan. Namun pada saat
itu, ada satu hal yang kerap membuatnya sedih setiap pulang kuliah dari
kampus. Bahkan, hal itu sempat diketahui Ibu kostnya kala itu.
“Semasa di Medan, setiap saya pulang ke rumah, Ibu saya selalu
membuatkan saya secangkir teh hangat. Kebetulan, ibu kost tahu saya
sedih karena itu. Nah, sejak saat itulah setiap pulang kuliah, saya
selalu disiapkan secangkir teh hangat oleh ibu kost saya dulu,” ujarnya
sambil tertawa mengenang masa masa awal di Jakarta.
Semasanya di kampus, Eddy aktif menjadi mentor dalam kerohanian Islam
mahasiswa di STAN. Bergelut dalam dunia organisasi memang bukan hal
baru bagi Eddy, dahulu, dirinya pernah tercatat sebagai Ketua Rohis di
SMAN 10. Selain aktif mentoring dakwah di kampus, pengala-man
organisasinya semakin bertambah ketika ia ikut masuk dalam struktural
Senat Mahasiswa STAN saat itu.
Jiwa kepemimpinannya, menempatkan Eddy diberikan kepercayaan sebagai
koordinator mahasiswa STAN angkatan XIII. Soal gaya memimpin, Eddy kala
itu dikenal tegas, keras dan disiplin. Bahkan, dirinya sempat diancam di
Drop Out (DO) oleh salah satu pengajarnya, karena memperjuangkan status
rekan mahasiswanya di STAN menjadi PNS. Sebagaimana seperti prinsip
yang selalu ia pegang, bahwa kebenaran harus selalu didampingi dengan
kejujuran.
“Dulu, saya pernah diamanatkan membawa uang magang rekan rekan
mahasiswa saya. Semua uang itu saya masukkan tas, dan saya peluk erat
erat. Saya naik Kopaja saat itu dari Gatot Subroto hingga Jurang Mangu,
karena ongkos taksi saat itu mahal bagi saya,” kenang Eddy.
Kecemerlangan prestasi akademis serta kiprah organisasinya, membuat
Eddy familiar di kalangan mahasiswa dan tenaga pengajar di STAN. Awal
mula kiprahnya menjadi pengusaha, bermula pada tahun 1999 ketika dirinya
“ditantang” keluar dari ranah birokrat, oleh seorang koleganya, Radius
Prawiro. Sebagai catatan, Eddy Faisal saat itu juga merupakan trainer
perpajakan pada suatu institusi pelatihan profesio-nal yang bersifat
non-dinas, yang berada di luar Direktorat Jenderal Pajak – Kementerian
Keuangan Republik Indonesia, sebagai tempatnya bekerja. Penasaran
terhadap kelanjutan perjalanan hidupnya? Di edisi ke tiga sosoknya, Eddy
Faisal akan blak-blakan bercerita seputar suka duka awal berbisnis,
hingga kiat suksesnya sehingga seperti sekarang ini.
KELUARGA H. EDDY FAISAL
H. Eddy Faisal dikaruniai Dua orang Putri yang bernama Fanny Ekaputri
Faisal (14 Tahun) dan Emilia Maharani Faisal (9 Tahun)yang saat ini
berstatus pelajar dari Isteri Tercinta yang bernama Hj. Khadijah, S.E.,
M.M.dan tinggal di Pesona Khayangan, Cluster Mungil I, Blok J No. 10, RT
01/RW 29, Keluarahan Mekarjaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok 16411.
Sebagai seorang ayah dengan multiple business yang dijalankan, H.
Eddy Faisal harus mampu membagi waktu-nya dengan cerdas antara mengurusi
kegiatan usaha yang begitu kompleks dengan kegiatan kerumahtanggannya.
Isteri dan anak-anak menjadi prioritas bagi seorang H. Eddy Faisal dalam
mengisi waktu-waktunya yang begitu padat.
Prinsip saya, ujar H. Eddy Faisal, “eluarga, bisnis, dan perpolitikan
harus mampu disinergikan dengan cerdas agar dapat berjalan dengan baik
dan lancar. Keluarga merupa-kan inspirasi untuk pencapaian objektif,
bisnis merupakan wujud kreatifitas dan inovasi yang tak kunjung padam,
dan perpolitikan adalah sebagai sebuah kawah candra dimuka sebuah
pengabdian seorang anak bangsa yang ingin mengabdikan dirinya untuk
kesejahteraan dan kemakmuran negeri tercinta” Demikianlah prinsip pokok
dalam bertindak dan berperilaku yang selama ini dijalankan oleh H. Eddy
Faisal.
Menanamkan nilai-nilai yang ingin dipatrikan ke dalam sikap,
tindakan, dan bahasa tubuh terhadap kedua putri-putrinya khususnya dan
keluarga besar umumnya, mengharuskan H. Eddy Faisal untuk terus
mengembangkan kompetensi dirinya agar mampu menjadi teladan dan role
model bagi kedua putrinya dan keluarga besarnya sehingga mampu
meneladani ajaran Ki Hajar Dewantoro, “ng Ngarso Sungtulodo, Ing Ngadyo
Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani”
Sebagai seorang pembelajar yang cepat, H. Eddy Faisal menanamkan
nilai-nilai tersebut dalam praktik kesehariannya sehingga mampu ditiru
dan dijalankan oleh kedua putrinya yang masih haus dengan pengalaman dan
bimbingan.
AKTIVITAS SEHARI-HARI H. EDDY FAISAL
Eddy Faisal adalah seorang entrepreneur yang tidak kunjung habis
dengan ide-ide segar dan sering kali out of the box, yang membuatnya
menjadi unik dan memiliki faktor pembeda dengan pelaku usaha sejenis,
khususnya di Kota Depok.Sebagai seorang Pemimpin Perusahaan Duta Holding
Group yang memiliki pelbagai strategic business units mengharuskannya
untuk menerapkan prinsip-prinsip dasar manajerial organisasi agar
organisasi yang dipimpinnya dapat bertumbuh sesuai objektif yang telah
ditetapkan.
Pengembangan dan pengejawantahan ide-ide yang telah digagas merupakan
aktivitas harian yang dilakukan oleh H. Eddy Faisal dalam mengisi
waktu-waktunya dan membumikan keahliannya melalui mengajarkannya kepada
tim-tim yang berada di dalam organisasi dan beberapa kampus yang ada di
Jabodetabek.Sebagai seorang mantan birokrat, akademisi/teknokrat,
professional, dan entrepreneur, sosok H. Eddy Faisal adalah sosok yang
sangat lengkap dengan pelbagai pengalaman yang dimilikinya dan didukung
dengan predikat sekolah formal dan sertifikasi profesi. Hal inilah yang
membuat paparan dan arahannya menjadi sangat mudah dipahami dan
memberikan suatu nilai tambah serta menjadi faktor pembeda dengan yang
lainnya.
Mengurusi bisnis dengan pelbagai diferensiasi core business di
beberapa tempat yang berbeda, mengajar dengan pelbagai mata kuliah yang
diasuhnya, mengembangakan ide-ide kreatif sebagai hasil dari kontemplasi
dan penalaran yang logik, berorgansiasi dan bersosialisasi dengan
pelbagai lapisan masyarakat, serta menanamkan nilai-nilai yang berharga
bagi pencapaian objektif, melalui pendekatan ruhaniah agar mendapatkan
mendukungan dari apa yang disebutnya sebagai Invisible Power, merupakan
serangkaian kegiatan padat yang penuh makna yang dijalankan seorang anak
muda yang masih berumur 37 Tahun ini untuk mengisi hari-harinya yang
begitu padat.
Dikutip dari website pribadi eddy faisal : http://www.eddyfaisal.com