Home » , » EDDY FAISAL | MENANTANG JAKARTA DEMI KEINGINAN SANG BUNDA

EDDY FAISAL | MENANTANG JAKARTA DEMI KEINGINAN SANG BUNDA

Written By Mr Cheng on Selasa, 03 Juni 2014 | Selasa, Juni 03, 2014

Anak Medan, Sumatra Utara 16 Agustus 1976 silam, darah “keras” mengalir kental dalam karakter diri Eddy Faisal. Beragam gelar akade-mis dan gelar profesi bergengsi, diraihnya dalam usia yang masih ter-bilang muda. Tidak hanya itu, kesuksesannya sebagai salah satu pe-ngusaha muda sukses, merupakan kristalisasi semangat dan totalitas dalam menekuni setiap bidang yang ditekuninya. Mengenal sosok Eddy Faisal, tentu tidak akan menjadi sempurna sebelum menjelajah rekam je-jak kehidupannya di masa lalu.

Di bawah didikan sang ayah, Alm. Alris, yang merupakan seorang militer, sosok Eddy kian sem-purna dengan pembentukan kepribadian yang sarat nilai kedisiplinan dan tanggung jawab. Tidak hanya itu, sebagai penyeimbang, dimensi religius pun melekat akrab pada Eddy sejak kecil, melalui darah Nadhlatul Ulama (NU) yang menurun dari ayahnya. Bahkan, sejak duduk di bangku SD hingga SMA, Eddy kerap dikenal sebagai pelantun azan alias muadzin di surau dekat rumahnya.

Tidak hanya dikenal piawai melantunkan suara azan, kecerdasan intelektual alumnus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) angkatan XIII ini, sudah terlihat sejak di bangku SD. Torehan prestasi masa kecilnya yakni, Eddy sanggup mengantarkan SD Taman Siswa Medan menjadi juara pertama cerdas cermat tingkat Provinsi Sumatera Utara, yang disiarkan secara langsung melalui televisi nasional, TVRI kala itu. Sosok sang ayah menjadi figur yang sangat berperan dalam pembentukan karakter Eddy, hingga menjadi salah satu pengusaha muda sukses saat ini. Saat SD, Eddy pernah ketahuan belajar merokok oleh ayahnya. Bukannya marah, sang ayah justru membelikan Eddy satu slop rokok saat itu. Sikap ayahanda yang agak “aneh” tersebut, sempat membuat Eddy heran tanpa mampu berkata kata. Sadar dirinya salah, sejak saat itu pula, rokok itu menjadi yang pertama dan terakhir bagi Eddy Faisal.

“Beliau saat itu hanya berkata, bahwa masa depanmu ada di tanganmu sendiri. Sejak saat itu, saya tidak merokok sampai sekarang. Beliau adalah sosok sempurna seorang ayah di mata saya,” ungkapnya.

Sebagaimana umumnya anak anak kebanyakan, mantan Staf Ahli Komisi XI DPR RI tersebut, menempatkan dokter sebagai orientasi profesinya kelak. Tak ayal, berbekal intelektualitas dan ketertarikannya pada dunia eksak, menjadikan Eddy mantap menjatuhkan hati pada Matematika. Di saat sebayanya alergi dengan Matematika, Eddy justru berbanding terbalik. Kecintaannya pada dunia eksak, semakin menjadi saat ia duduk di SMAN 10 Medan, yang kini menjadi SMAN 11 Medan.

Tidak main main, selain langganan juara kelas, putra bungsu pasangan Alm. Alris dan Alm. Yusna itu, sudah mengarang buku bertemakan Matematika sejak Kelas 1 SMA. “Judulnya Bunga Rampai Matematika untuk SMA. Buku itu dibukukan tahun 1995, dan saya sempurnakan dalam bentuk edisi kedua, pada tahun 1997 bersama Profesor Soemaryoto,” kenang Eddy.Rekam jejak kehidupannya di kala muda, bisa dibilang penuh catatan berkesan untuk dikenang. Setiap sore, selama di Medan, Eddy kerap menghabiskan waktu dengan bersepeda, lengkap dengan kaca mata hitamnya. Pembawaan Eddy yang murah senyum, cerdas dan disiplin bahkan memberikan catatan prestasi tersendiri bagi bungsu dari tiga bersaudara ini. Diluar torehan akademisnya, tahun 1994, Eddy terpilih menjadi “Jaka-Dara”, yakni sebuah festival “Abang-None”nya Kota Medan.

Lulus SMA, kedua orang tuanya memberikan dua pilihan berbeda untuk meneruskan perjala-nan hidup. Sang ayah berkeinginan Eddy mencoba untuk mengikuti tes masuk Taruna Akabri. Sementara sang Ibu, memberikan opsi PNS, sebagai tambatan karir sang anak kelak. Seolah olah tak ingin dipusingkan memilih satu diantaranya, Eddy pun menetapkan sikap untuk men-coba kedua pilihan tersebut sekaligus.

Di tahun yang sama, ia mengikuti tes masuk Akabri dan STAN. Garis takdir pun melekatkan Eddy pada pilihan yang terakhir. Di sinilah, perantauannya ke Ibu kota dimulai. Sebuah pilihan yang kelak mempertemukannya dengan tambatan hati, serta jalur wirausahawan sebagai bidang yang mantap digelutinya hingga saat ini.

MENANTANG JAKARTA DEMI KEINGINAN SANG BUNDA

Tahun 1995, merupakan waktu yang bersejarah dalam kehidupan Eddy Faisal. Seusai diputuskan lulus dalam tes masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), di tahun inilah, tantangan merantau ke Ibu Kota pun wajib disambutnya, untuk menggugurkan keinginan sang Ibu yang menginginkannya berkarir sebagai birokrat. Peran-tauannya untuk menyelami ilmu akuntansi pun dimulai sejak saat itu, dengan mengambil spesifikasi keilmuan perpajakan.

Umumnya mahasiswa rantau, Eddy menjalani harinya sebagai penuntut ilmu dengan kehidupan yang penuh kesederhanaan. Kemandirian dan kedisiplinan yang ditanamkan sang ayah selama di Medan, mem-berikan manfaat luar biasa baginya untuk bertahan di Ibu Kota. Jauh dari kesan glamour, dengan pembawaan yang cenderung pendiam, Eddy lebih sering meluangkan waktunya untuk belajar dan bergaul dengan sebayanya untuk sekedar mengerjakan tugas kampus.

Tahun pertamanya di Jakarta, perasaan rindu akan suasana kampung halaman di Medan, terus membayangi Eddy. Kerasnya didikan sang ayah, hingga suasana sore Kota Medan yang biasa dijelajahinya dengan bersepeda, memberikan kesan yang sulit untuk ia lupakan. Namun pada saat itu, ada satu hal yang kerap membuatnya sedih setiap pulang kuliah dari kampus. Bahkan, hal itu sempat diketahui Ibu kostnya kala itu.

“Semasa di Medan, setiap saya pulang ke rumah, Ibu saya selalu membuatkan saya secangkir teh hangat.  Kebetulan, ibu kost tahu saya sedih karena itu. Nah, sejak saat itulah setiap pulang kuliah, saya selalu disiapkan secangkir teh hangat oleh ibu kost saya dulu,” ujarnya sambil tertawa mengenang masa masa awal di Jakarta.

Semasanya di kampus, Eddy aktif menjadi mentor dalam kerohanian Islam mahasiswa di STAN. Bergelut dalam dunia organisasi memang bukan hal baru bagi Eddy, dahulu, dirinya pernah tercatat sebagai Ketua Rohis di SMAN 10. Selain aktif mentoring dakwah di kampus, pengala-man organisasinya semakin bertambah ketika ia ikut masuk dalam struktural Senat Mahasiswa STAN saat itu.

Jiwa kepemimpinannya, menempatkan Eddy diberikan kepercayaan sebagai koordinator mahasiswa STAN angkatan XIII. Soal gaya memimpin, Eddy kala itu dikenal tegas, keras dan disiplin. Bahkan, dirinya sempat diancam di Drop Out (DO) oleh salah satu pengajarnya, karena memperjuangkan status rekan mahasiswanya di STAN menjadi PNS. Sebagaimana seperti prinsip yang selalu ia pegang, bahwa kebenaran harus selalu didampingi dengan kejujuran.

“Dulu, saya pernah diamanatkan membawa uang magang rekan rekan mahasiswa saya. Semua uang itu saya masukkan tas, dan saya peluk erat erat. Saya naik Kopaja saat itu dari Gatot Subroto hingga Jurang Mangu, karena ongkos taksi saat itu mahal bagi saya,” kenang Eddy.

Kecemerlangan prestasi akademis serta kiprah organisasinya, membuat Eddy familiar di kalangan mahasiswa dan tenaga pengajar di STAN. Awal mula kiprahnya menjadi pengusaha, bermula pada tahun 1999 ketika dirinya “ditantang” keluar dari ranah birokrat, oleh seorang koleganya, Radius Prawiro. Sebagai catatan, Eddy Faisal saat itu juga merupakan trainer perpajakan pada suatu institusi pelatihan profesio-nal yang bersifat non-dinas, yang berada di luar Direktorat Jenderal Pajak – Kementerian Keuangan Republik Indonesia, sebagai tempatnya bekerja. Penasaran terhadap kelanjutan perjalanan hidupnya? Di edisi ke tiga sosoknya, Eddy Faisal akan blak-blakan bercerita seputar suka duka awal berbisnis, hingga kiat suksesnya sehingga seperti sekarang ini.


KELUARGA H. EDDY FAISAL

H. Eddy Faisal dikaruniai Dua orang Putri yang bernama Fanny Ekaputri Faisal (14 Tahun) dan Emilia Maharani Faisal (9 Tahun)yang saat ini berstatus pelajar dari Isteri Tercinta yang bernama Hj. Khadijah, S.E., M.M.dan tinggal di Pesona Khayangan, Cluster Mungil I, Blok J No. 10, RT 01/RW 29, Keluarahan Mekarjaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok 16411.

Sebagai seorang ayah dengan multiple business yang dijalankan, H. Eddy Faisal harus mampu membagi waktu-nya dengan cerdas antara mengurusi kegiatan usaha yang begitu kompleks dengan kegiatan kerumahtanggannya. Isteri dan anak-anak menjadi prioritas bagi seorang H. Eddy Faisal dalam mengisi waktu-waktunya yang begitu padat.

Prinsip saya, ujar H. Eddy Faisal, “eluarga, bisnis, dan perpolitikan harus mampu disinergikan dengan cerdas agar dapat berjalan dengan baik dan lancar. Keluarga merupa-kan inspirasi untuk pencapaian objektif, bisnis merupakan wujud kreatifitas dan inovasi yang tak kunjung padam, dan perpolitikan adalah sebagai sebuah kawah candra dimuka sebuah pengabdian seorang anak bangsa yang ingin mengabdikan dirinya untuk kesejahteraan dan kemakmuran negeri tercinta” Demikianlah prinsip pokok dalam bertindak dan berperilaku yang selama ini dijalankan oleh H. Eddy Faisal.

Menanamkan nilai-nilai yang ingin dipatrikan ke dalam sikap, tindakan, dan bahasa tubuh terhadap kedua putri-putrinya khususnya dan keluarga besar umumnya, mengharuskan H. Eddy Faisal untuk terus mengembangkan kompetensi dirinya agar mampu menjadi teladan dan role model bagi kedua putrinya dan keluarga besarnya sehingga mampu meneladani ajaran Ki Hajar Dewantoro, “ng Ngarso Sungtulodo, Ing Ngadyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani”

Sebagai seorang pembelajar yang cepat, H. Eddy Faisal menanamkan nilai-nilai tersebut dalam praktik kesehariannya sehingga mampu ditiru dan dijalankan oleh kedua putrinya yang masih haus dengan pengalaman dan bimbingan.

AKTIVITAS SEHARI-HARI H. EDDY FAISAL

Eddy Faisal adalah seorang entrepreneur yang tidak kunjung habis dengan ide-ide segar dan sering kali out of the box, yang membuatnya menjadi unik dan memiliki faktor pembeda dengan pelaku usaha sejenis, khususnya di Kota Depok.Sebagai seorang Pemimpin Perusahaan Duta Holding Group yang memiliki pelbagai strategic business units mengharuskannya untuk menerapkan prinsip-prinsip dasar manajerial organisasi agar organisasi yang dipimpinnya dapat bertumbuh sesuai objektif yang telah ditetapkan.

Pengembangan dan pengejawantahan ide-ide yang telah digagas merupakan aktivitas harian yang dilakukan oleh H. Eddy Faisal dalam mengisi waktu-waktunya dan membumikan keahliannya melalui mengajarkannya kepada tim-tim yang berada di dalam organisasi dan beberapa kampus yang ada di Jabodetabek.Sebagai seorang mantan birokrat, akademisi/teknokrat, professional, dan entrepreneur, sosok H. Eddy Faisal adalah sosok yang sangat lengkap dengan pelbagai pengalaman yang dimilikinya dan didukung dengan predikat sekolah formal dan sertifikasi profesi. Hal inilah yang membuat paparan dan arahannya menjadi sangat mudah dipahami dan memberikan suatu nilai tambah serta menjadi faktor pembeda dengan yang lainnya.

Mengurusi bisnis dengan pelbagai diferensiasi core business di beberapa tempat yang berbeda, mengajar dengan pelbagai mata kuliah yang diasuhnya, mengembangakan ide-ide kreatif sebagai hasil dari kontemplasi dan penalaran yang logik, berorgansiasi dan bersosialisasi dengan pelbagai lapisan masyarakat, serta menanamkan nilai-nilai yang berharga bagi pencapaian objektif, melalui pendekatan ruhaniah agar mendapatkan mendukungan dari apa yang disebutnya sebagai Invisible Power, merupakan serangkaian kegiatan padat yang penuh makna yang dijalankan seorang anak muda yang masih berumur 37 Tahun ini untuk mengisi hari-harinya yang begitu padat.

Dikutip dari website pribadi eddy faisal : http://www.eddyfaisal.com
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Alumni SMA Negeri 11 Ex 10 Medan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Modify powered by karmandesigner